1.
Jika saya diijinkan
untuk menentukan satu jurusan di universitas kehidupan ini, maka saya ingin
menekuni jurusan psikologi pendidikan dan perkembangan melalui ibu
professional.
2.
Bagaimana saya
menggambarkan jurusan ibu professional itu? Saya teringat akan kalimat yang
pernah ibu Septi sampaikan dalam sebuah seminar: seorang ibu merupakan seorang
ahli dari segala bidang. Ia adalah seorang dokter ketika anaknya sakit, menjadi
seorang guru bagi anak-anaknya, seorang chef untuk memenuhi kebutuhan perut
keluarga, ahli finansial, manajer, dan masih banyak lagi. Mungkin ini menjadi
sebuah alasan bahwa untuk menjadi seorang ibu profesional tidak ada jurusan
yang tersedia dalam perguruan tinggi formal, melainkan hanya ada dalam universitas
kehidupan. Kehidupan nyata, kehidupan yang penuh kompleksitas, kehidupan yang
menuntut kita sebagai ibu untuk terus banyak belajar menjadi seorang ibu
profesional. Jurusan Ibu profesional menurut saya bukan berarti jurusan yang
menuntut kita untuk menjadi ibu yang sempurna, tetapi jurusan ibu profesional
adalah jurusan dimana setiap ibu belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik
sehingga berpengaruh positif pada anaknya, keluarganya, bahkan bagi bangsa dan
negara. Maka tidak heran jika ibu merupakan tiang dari suatu negara. Para
pemimpin yang tangguh dan jujur berasal dari para ibu yang hebat. Pendidikan
ibulah yang menentukan generasi kita yang akan datang.
3.
Strategi saya untuk
menekuni jurusan ibu profesional dan implikasinya dalam kehidupan adalah
sebagai berikut:
a.
Menambah wawasan dan
ilmu secara teoritis dengan cara membaca beberapa referensi buku dan jurnal
yang berkaitan dengan bidang-bidang yang tersedia di jurusan ibu profesional.
Misalnya untuk memperdalam materi pada bidang gizi, saya perlu banyak mereview
bacaan mengenai pola makan dan gaya hidup yang sehat. Untuk memperdalam materi
di bidang parenting, saya banyak mengikuti beberapa seminar atau kajian dan
tidak lupa membaca beberapa referensi buku/jurnal untuk memperdalam informasi yang
diterima.
b.
Melaksanakan ilmu
secara praktis dalam kehidupan sehari-hari. Seperti kata pepatah; ilmu tanpa
amal bagaikan pohon tak berbuah. Oleh sebab itu saya harus memiliki plan list
agar semua bidang-bidang yang diajarkan di jurusan saya dapat terealisasikan
dengan baik. Selain itu perencanaan juga memerlukan evaluasi agar kita dapat
menilai hal-hal apa yang perlu diperbaiki dan perlu dipertahankan.
Misalnya saya ingin menggambarkan
bagaimana membuat tabel plan list dan evaluasi untuk mengoptimalkan ilmu yang
saya amalkan di jurusan ini:
Jurusan : Ibu Profesional
Bulan
|
Bidang yang ingin ditekuni
|
Tahap Realisasi
|
Evaluasi
|
Januari
|
Pola hidup Organik
|
Meminimalisir penggunaan plastik dan pampers
|
-masih sering lupa bawa wadah
-anak lulus toilet raining (bebas
pampers
|
Setiap hari harus menyediakan sayur dan buah di meja makan
|
|||
Menanam sendiri bahan2 dapur di pekarangan rumah
|
|||
Keagamaan
|
Mengikuti kajian seminggu sekali
|
||
Tadarus setelah maghrib dan subuh bersama suami dan anak
|
Masih belum konsisten, tidak tega membangunkan anak saat subuh
|
Tabel diatas hanya sekedar contoh bagaimana saya dapat
mengoptimalkan ilmu yang saya dapatkan selama menekuni bidang-bidang di jurusan
ini. Menurut saya, perencanaaan seperti adalah hal yang sangat penting supaya
kita dapat mengevaluasi diri kita dan aktivitas yang sudah kita lakukan selama
ini. Selain itu, anggota keluarga seperti suami juga bisa menjadi pengingat
ketika kita belum bisa konsisten dalam suatu hal. Seperti sangat menyenangkan jika
dalam rumah tangga satu sama lain bisa saling mengingatkan untuk suatu
kebaikan.
4.
Bagi saya, perubahan sikap yang harus diperbaiki untuk
proses menuntut ilmu adalah:
a.
Sikap religiositas. Sikap religiositas mempengaruhi
tujuan seseorang, keputusan, motivasi, dan kepuasan (Johnstone, dalam Alam,
2011). Religiositas atau beragama merupakan landasan yang harus dimiliki
seseorang dalam menuntut ilmu, sehingga kita dapat memaknai tujuan kita berilmu
adalah semata untuk Allah SWT. Landasan syariat agama mengantarkan seseorang
untuk memahami esensi dari menuntut ilmu. Oleh sebab itu, jika berilmu tapi
menunjukan sikap sombong, apatis, tidak menghargai pendapat orang lain, bisa
dikatakan ilmu tersebut tidak memiliki landasan sikap religiositas. Karena
perilaku tersebut tidak mencerminkan moral seseorang beragama.
b.
Istiqomah atau konsisten. Pada kenyataanya mencapai
prestasi itu lebih mudah daripada mempertahankanya. Begitu pula dengan
mengamalkan ilmu yang ada di jurusan ibu profesional ini. Dibutuhkan adanya
sikap konsisten untuk mencapai tujuan yang diharapkan dengan memulainya
konsisten terhadap hal-hal terkecil.
Sumber:
Alam, S. S., Bohd, R., & Hisham, B. (2011). Is
religiosity an important determinant
on Muslim consumer behaviour in Malaysia?. Journal of
Islamic Marketing, 2(1),
83-96. doi: 10.1108/17590831111115268
0 comments:
Post a Comment
Yakin gak mau BW? Aku suka BW balik loh